Rabu, 07 November 2012

Bolehkah Seorang Muslim Mengucapkan Selamat Natal ?

Sudah sering kita mendengar ucapan semacam ini menjelang perayaan Natal yang dilaksanakan oleh orang Nashrani. Mengenai dibolehkannya mengucapkan selamat natal ataukah tidak kepada orang Nashrani, sebagian kaum muslimin masih kabur mengenai hal ini. Sebagian di antara mereka dikaburkan oleh pemikiran sebagian orang yang dikatakan pintar (baca: cendekiawan), sehingga mereka menganggap bahwa mengucapkan selamat natal kepada orang Nashrani tidaklah mengapa (alias ‘boleh-boleh saja’). Bahkan sebagian orang pintar tadi mengatakan bahwa hal ini diperintahkan atau dianjurkan.

Namun untuk mengetahui manakah yang benar, tentu saja kita harus merujuk pada Al Qur’an dan As Sunnah, juga pada ulama yang mumpuni, yang betul-betul memahami agama ini. Ajaran islam ini janganlah kita ambil dari sembarang orang, walaupun mungkin orang-orang yang diambil ilmunya tersebut dikatakan sebagai cendekiawan. Namun sayang seribu sayang, sumber orang-orang semacam ini kebanyakan merujuk pada perkataan orientalis barat yang ingin menghancurkan agama ini. Mereka berusaha mengutak-atik dalil atau perkataan para ulama yang sesuai dengan hawa nafsunya. Mereka bukan karena ingin mencari kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya, namun sekedar mengikuti hawa nafsu. Jika sesuai dengan pikiran mereka yang sudah terkotori dengan paham orientalis, barulah mereka ambil. Namun jika tidak bersesuaian dengan hawa nafsu mereka, mereka akan tolak mentah-mentah. Ya Allah, tunjukilah kami kepada kebenaran dari berbagai jalan yang diperselisihkan –dengan izin-Mu-

Semoga dengan berbagai fatwa dari ulama yang mumpuni, kita mendapat titik terang mengenai permasalahan ini.

Fatwa Pertama: Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakan Natal Bersama

Berikut adalah fatwa ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin), 3/28-29, no. 404.

Beliau rahimahullah pernah ditanya,

“Apa hukum mengucapkan selamat natal (Merry Christmas) pada orang kafir (Nashrani) dan bagaimana membalas ucapan mereka? Bolehkah kami menghadiri acara perayaan mereka (perayaan Natal)? Apakah seseorang berdosa jika dia melakukan hal-hal yang dimaksudkan tadi, tanpa maksud apa-apa? Orang tersebut melakukannya karena ingin bersikap ramah, karena malu, karena kondisi tertekan, atau karena berbagai alasan lainnya. Bolehkah kita tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam perayaan ini?”

Beliau rahimahullah menjawab:

Memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah.

Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan.

Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya. Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.” –Demikian perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah-

Dari penjelasan di atas, maka dapat kita tangkap bahwa mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. Alasannya, ketika mengucapkan seperti ini berarti seseorang itu setuju dan ridho dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat. Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya karena Allah Ta’ala sendiri tidaklah meridhoi hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,


إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (Qs. Az Zumar [39]: 7)

Allah Ta’ala juga berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Qs. Al Maidah [5]: 3)


Apakah Perlu Membalas Ucapan Selamat Natal?

Memberi ucapan selamat semacam ini pada mereka adalah sesuatu yang diharamkan, baik mereka adalah rekan bisnis ataukah tidak. Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka pada kita, maka tidak perlu kita jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala.

Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka (baca : bid’ah). Atau mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk.

Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs. Ali Imron [3]: 85)


Bagaimana Jika Menghadiri Perayaan Natal?

Adapun seorang muslim memenuhi undangan perayaan hari raya mereka, maka ini diharamkan. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.


Bagaimana Hukum Menyerupai Orang Nashrani dalam Merayakan Natal?

Begitu pula diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan (yang disimbolkan dengan ’santa clause’ yang berseragam merah-putih, lalu membagi-bagikan hadiah, pen) atau sengaja meliburkan kerja (karena bertepatan dengan hari natal). Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim mengatakan, “Menyerupai orang kafir dalam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati mereka merasa senang atas kebatilan yang mereka lakukan. Bisa jadi hal itu akan mendatangkan keuntungan pada mereka karena ini berarti memberi kesempatan pada mereka untuk menghinakan kaum muslimin.” -Demikian perkataan Syaikhul Islam-

Barangsiapa yang melakukan sebagian dari hal ini maka dia berdosa, baik dia melakukannya karena alasan ingin ramah dengan mereka, atau supaya ingin mengikat persahabatan, atau karena malu atau sebab lainnya. Perbuatan seperti ini termasuk cari muka (menjilat), namun agama Allah yang jadi korban. Ini juga akan menyebabkan hati orang kafir semakin kuat dan mereka akan semakin bangga dengan agama mereka.

Allah-lah tempat kita meminta. Semoga Allah memuliakan kaum muslimin dengan agama mereka. Semoga Allah memberikan keistiqomahan pada kita dalam agama ini. Semoga Allah menolong kaum muslimin atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Mulia.


Fatwa Kedua: Berkunjung Ke Tempat Orang Nashrani untuk Mengucapkan Selamat Natal pada Mereka

Masih dari fatwa Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullahMajmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 3/29-30, no. 405. dari

Syaikh rahimahullah ditanya:

Apakah diperbolehkan pergi ke tempat pastur (pendeta), lalu kita mengucapkan selamat hari raya dengan tujuan untuk menjaga hubungan atau melakukan kunjungan?

Beliau rahimahullah menjawab:

Tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir, lalu kedatangannya ke sana ingin mengucapkan selamat hari raya, walaupun itu dilakukan dengan tujuan agar terjalin hubungan atau sekedar memberi selamat (salam) padanya. Karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ

“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167)

Adapun dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkunjung ke tempat orang Yahudi yang sedang sakit ketika itu, ini dilakukan karena Yahudi tersebut dulu ketika kecil pernah menjadi pembantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala Yahudi tersebut sakit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya dengan maksud untuk menawarkannya masuk Islam. Akhirnya, Yahudi tersebut pun masuk Islam.

Bagaimana mungkin perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengunjungi seorang Yahudi untuk mengajaknya masuk Islam, kita samakan dengan orang yang bertandang ke non muslim untuk menyampaikan selamat hari raya untuk menjaga hubungan?! Tidaklah mungkin kita kiaskan seperti ini kecuali hal ini dilakukan oleh orang yang jahil dan pengikut hawa nafsu.


Fatwa Ketiga: Merayakan Natal Bersama

Fatwa berikut adalah fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi) no. 8848.

Pertanyaan:

Apakah seorang muslim diperbolehkan bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam perayaan Natal yang biasa dilaksanakan pada akhir bulan Desember? Di sekitar kami ada sebagian orang yang menyandarkan pada orang-orang yang dianggap berilmu bahwa mereka duduk di majelis orang Nashrani dalam perayaan mereka. Mereka mengatakan bahwa hal ini boleh-boleh saja. Apakah perkataan mereka semacam ini benar? Apakah ada dalil syar’i yang membolehkan hal ini?

Jawaban:

Tidak boleh bagi kita bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka, walaupun ada sebagian orang yang dikatakan berilmu melakukan semacam ini. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak. Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa. Padahal Allah berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al Maidah [5]: 2)

Semoga Allah memberi taufik pada kita. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikut dan sahabatnya.

Ketua Al Lajnah Ad Da’imah: Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz


Saatnya Menarik Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan:

Pertama, Kita –kaum muslimin- diharamkan menghadiri perayaan orang kafir termasuk di dalamnya adalah perayaan Natal. Bahkan mengenai hal ini telah dinyatakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dapat dilihat dalam fatwa MUI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1981.

Kedua, Kaum muslimin juga diharamkan mengucapkan ’selamat natal’ kepada orang Nashrani dan ini berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim. Jadi, cukup ijma’ kaum muslimin ini sebagai dalil terlarangnya hal ini. Yang menyelisihi ijma’ ini akan mendapat ancaman yang keras sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. An Nisa’ [4]: 115).

Jalan orang-orang mukmin inilah ijma’ (kesepakatan) mereka.

Oleh karena itu, yang mengatakan bahwa Al Qur’an dan Hadits tidak melarang mengucapkan selamat hari raya pada orang kafir, maka ini pendapat yang keliru. Karena ijma’ kaum muslimin menunjukkan terlarangnya hal ini. Dan ijma’ adalah sumber hukum Islam, sama dengan Al Qur’an dan Al Hadits. Ijma’ juga wajib diikuti sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa ayat 115 di atas karena adanya ancaman kesesatan jika menyelisihinya.

Ketiga, jika diberi ucapan selamat natal, tidak perlu kita jawab (balas) karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala.

Keempat, tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir untuk mengucapkan selamat hari raya.

Kelima, membantu orang Nashrani dalam merayakan Natal juga tidak diperbolehkan karena ini termasuk tolong menolong dalam berbuat dosa.

Keenam, diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan dalam rangka mengikuti orang kafir pada hari tersebut.

Demikianlah beberapa fatwa ulama mengenai hal ini. Semoga kaum muslimin diberi taufiko oleh Allah untuk menghindari hal-hal yang terlarang ini. Semoga Allah selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus dan menghindarkan kita dari berbagai penyimpangan. Hanya Allah-lah yang dapat memberi taufik.

Inspiration.. hopefully.


These are some signs which Prophet Muhammad(SAW) stated 1400 years ago.These are the signs that point out the time is near for the world of the world. 

-Camels will no longer be used as a means of transport;
-People will ride on saddles that aren't saddles (cars?)
-The distance on earth will become short;
-Horses will not be used in wars;
-Muslims will defeat the Byzantines which will end with the conquest of Constantinople Istanbul);
-The Jews will gather again to live in Bilad Canaan;
-Very tall buildings will be built;
-The disappearance of knowledge and the appearance of ignorance, with much killing;
-Adultery will become widespread, and the drinking of wine will become common;
-The number of men will decrease and the number of women will increase until there are 50 women to be looked after by one man.
-Islam will become worn out like clothes are, until no one will know what fasting, prayer, charity and rituals are;
-Allah will send a disease to fornicators that will have no cure (Aids?);
-People will begin to believe in the stars and reject AL QADAR (THE DIVINE DECREE OF DESTINY);
-Men will pass by people's graves and say: "Would that I were in his place"; (large amount of sucidal deaths?)
-The Euphrates will uncover a mountain of gold for which people will fight over (the river of Alfurat that lies near Syria);
-Two large groups of people will fight one another, and there will be many casualties; they will both be following the same religion World War II?);
-Muslims and Jews will have a war against land, but then the Muslims will defeat them towards the end, even with rocks. (The Israel and Palestine war that started already?)   
-Approximately 30 DAJJALS will appear, each one claiming to be the messenger of Allah;
-Earthquakes will increase; * Time will pass quickly;
-Afflictions will appear;
-Killing will increase;
-Wealth will increase ;
-Women will be wearing clothes but not wearing clothes
-The Prophet (SAW) said: "If my Ummah bears 15 traits (qualities), tribulation will follow it (Day of judgment). Someone asked, "What are they O Messenger of Allah?" Prophet (SAW) said: When any gain is shared out only among the rich, with no benefit to the poor;

-The appearance of the MAHDI;
-The appearance of the DAJJAL (Anti Christ);
-The appearance of Ya'juj and Ma'juj (biblical Gog and Magog);
-Isa (Jesus) will come during the time of Dajjal;
-The rising of the sun from the west;
-The destruction of the Ka'ba and the recovery of its treasures;
-The smoke.

Why is it so hard to tell the truth but yet so easy to tell a lie?
Why are we so sleepy in mosque but right when the prayer is over, we suddenly wake up?
Why is it so hard to talk about Allah but yet so easy to talk about nasty stuff?
Why is it so boring to look at a Islamic Article but yet so easy to look at a nasty one?
Why is it so easy to delete a Godly e-mail but yet we forward all of the nasty ones?
Why the mosques are's getting smaller, but yet the dance clubs are getting larger?
Do you give up?
Are you going to forward this or are you going to ignore it like you never read it?And after reading this status forget all about it?
Think about it!
May ALLAH guide us on the right path!

Rachel's bedtime story


"okay there was this slug... who could never stop eating, one day the slug was nomming at some sand in the desert... when a lobster came and told the slug to stop eating... but the slug did not listen... instead it slithered away behind a rock and carried on eating... then a snake came by and hissed....youussss ssssshoulldd ssttttop eaaatttingggsss orrr ssssommeeeone willlsss eaaaatt youu... but the slug did not listen and carried on eating... then when the sun went down and the desert was quiet... the slug began to feel tired.. but wanted to carry on eating... so his mummy slug came and told him "if you dont go to sleep now, then there wont be no food tomorrow" so the slug went to bed. During the night, mummy slug and daddy slug took away all the unhealthy foood, and put only one apple next to the slugs bed. the next morning the slug awoke to birds chirrping and the sun rising... he tried to get out of bed, but he was too fat. he screamed and screamed but no one heard him, he began to cry. after 5 days of crying he tried again to get out of bed... after several hours he managed... and crawled to the window.... there was an apple.. on it a note saying "your too fat eat this apple or we will never come back love from mum and dad x" the slug couldnt read this.. but ate the apple anyway, he grew as slim as a leaf and lived happy forever"

Happiness [ my own write ^^ ]


       Imagine your life without something that makes you happy or something which removes sadness and pressure
from you.  You would be confused and you would
feel sad all the time.  There are many
different things which make us happy in this life, but we should choose what
makes us happy and stick with them.  I
will mention what makes me happy in life; there are many things which make me
happy, such as, religion, family and friends.

        Religion is the most important things that makes me happy in life because it comes from God and only he knows what makes us upset.  Also, religion makes my soul
happy and that is the only thing which makes my soul happy. Nothing makes my soul happy
like religion in my life because no one knows how the hearts can be happy.  Religion makes me happy because I know that God is the only one who knows about my life, so I know that everything happens
to me because of God and I remember that everything will happen exactly right
just as God planned. That makes me trust God because I know he will not forget
me if I pray and beseech him. Actually, God wants us to ask him and when you
ask him, he will not let you lose in life. When I listen to the Holy Quran when
I am sad, I will forget all my sadness.

         My family makes me happy because I feel responsible; I have a family and I should maintain them.  Also, when I see my family nearby me and they are good, that makes me comfortable in my life. 
I dream about one day returning back to my home from my job being tired
and dissatisfied. Then, I see my wife’s smiling face and that feeling when I
see it will make me want to continue in my job. The other thing that makes me
happy is my family. When I want something they encourage me to succeed. I see
that all of my family will stand with me, because of love and the relationship with
my family.

         Friends make me happy and optimistic about my life because of the promises between my friends and me.  All the promises between friends make me feel
comfortable because I have people who I can rely on.  Also, I feel if I am in trouble, my friends
will be with me. Furthermore, the first people I will ask to help me if I feel
upset about my life because they know what makes me happy or sad or what makes
me upset. I mean they understand me, because they are the nearest people after
my family to me.  I know who is my friend
and I will to stick with those who care about me and ask about me all time
because he/she will be my best friend.

     To conclude, there are many things which make me happy in this life, so I have to know what will make me happy at the moment and before all my steps I have to think about them.  Then, walk straight in them; that will make me trust myself and that will make me happy.  I believe in what I do.  Then, I thank
God because if I thank him all my life I will be happy.  Happiness is something in my own hands. Why
should I be sad?

My eX..Love

Here Now I Had Learned The Mean Of The Sacrifice In Love I Shall Be Immolated For Who I Had Loved But I Love You...But What Should What I Do ... ? I Shall Forget You?..My Heart Will Never Forgive Me ... Or I Should Forget You And Try Bare The Pain Of My Heart...But I Hope To You Good Luck With A Good Love Enjoy Your Seconds By The Happiness...And I May Bare The Pain and I Will Never Remember that's You Upset To Can Complete My Life...I Will Never Can Remember That I Was About To Force You To Complete My Life...To My OLD Love

Hidup adalah Pilihan


Pada suatu sore yang terang, saya bersama teman dan anggota dari Sat Lantas Polres Tegal sedang melaksanakan patroli di sekitaran Jalan Srikandi ke arah Pos Polisi Rama. Patroli ini dilaksanakan dalam rangka kontrol terhadap situasi keamanan Kabupaten Tegal menjelang datangnya Idul Fitri. Tidak ada yang aneh dan menonjol saat patroli tersebut, hingga sampailah saya di Pos Polisi Rama.
     Saya dan rekan di plot di pos tersebut untuk mengamati dan belajar mengenai penyelesaian perkara secara benar dan prosedural yang terjadi di lapangan, terutama di jalan. Kami pun dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan mengingat anggota yang sangat ramah dalam membimbing kami di pos tersebut.
     2 jam berlalu.
     Terlihat sebuah sepeda motor melintas ke arah Timur, dikendarai oleh pemuda dengan membonceng seorang perempuan. Sekilas tidak terlihat perbedaan antara kendaraan tersebut dengan sepeda motor lainnya, hanya si penumpang tampak tidak menggunakan helm. Sontak anggota segera menyalakan kendaraannya dan mengejar orang yang dimaksud. Sebentar kemudian, anggota itu pun kembali diiringi oleh pengemudi yang dikejar tadi.
     "Ayo, ikut sini". Petugas mengarahkan si pengemudi agar mengikutinya, masuk ke dalam pos polisi untuk penindakan pelanggaran yang terjadi. Saya merasa antusias untuk ikut mengamati proses penindakan pelanggaran yang terjadi secara real di jalanan.
     "Mohon maaf, Mas. Mas dipanggil ke sini karena penumpang tidak memakai helm dan kendaraan tidak memenuhi standar keamanan, lampu remnya berwarna putih," jelas petugas menjelaskan kesalahan sang pengemudi.
     Pemuda itu hanya terdiam. Saya mengikuti dengan seksama proses tersebut. Hingga konsentrasi saya pun pudar ketika si pemuda tadi berkata, "Tolong, Pak. Mohon kemanusiaan Bapak".
Singkat memang. Tidak terlalu panjang dan bertele-tele. Tapi kalimat itu merangsang saya untuk berpikir dan menelaah secara mendalam tentang makna dari kata "Kemanusiaan".
...
     Sebagai pengemban tugas dan fungsi yang berkaitan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat, Polisi seperti berdiri di tengah jembatan yang sempit. Sisi kanan dan kiri tak lain ialah jurang curam yang mengancam. Ketika melaksanakan tugas dengan tujuan untuk menjalankan tugas pokok kepolisian, justru hal itu diusik oleh kata yang disebutkan pemuda di atas: "Kemanusiaan".
     Dipandang secara hukum, tidak menggunakan helm dan kendaraan tidak memenuhi standar adalah sebuah pelanggaran. Tapi disini masyarakat seringkali "mengusik" penegakan hukum yang dilakukan oleh petugas. Serba salah memang. Ditegur, dikaitkan dengan rasa kemanusiaan. Tapi tidak ditegur pun merupakan suatu kesalahan dalam berbakti kepada negara.
     Oleh karena itu, saya mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia agar bekerja sama dalam mewujudkan dan memelihara keamanan, kenyamanan, dan ketertiban di masyarakat, khususnya dalam berlalu-lintas. Segala pelanggaran dalam berkendara ada baiknya jika dikurangi, bahkan dihilangkan, mengingat keadaan dan resiko yang bisa terjadi.
     Tidak ada yang bisa mengubah selain diri kita sendiri. Tidak akan ada yang berubah jika tidak ada kemauan untuk berubah dan tindakan perubahan. Mari kita bergerak ke arah yang lebih baik.
     Patuhilah segala rambu-rambu dalam berkendara.
     Saya yakin, kita bisa mewujudkan itu semua dan kondisi lalu lintas yang kondusif dapat segera terwujud.
     "A good team is not only come from the great coach, but also comes from the player that have a good ability. We are the player, and we are the team!" (*don)

KUPAS TUNTAS SEJARAH MAULID, MEMBANTAH TUDUHAN WAHABI MUSYABBIHAH MUJASSIMAH.


Dalil tentang Maulid Nabi Muhammad SAW.
Firman Allah :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: jika bapak-bapak kamu , anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
[QS At-Taubah :24].

Sabda Rasulullah Saw :

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين

Tidak beriman seseorang kamu sehingga adalah saya lebih dicintai nya dari orang tua nya dan anak nya dan semua manusia..
[HR Bukhari dan Muslim].

Menelusuri sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Dari hasil penelusuran kami, sejarah Maulid Nabi Muhammad sudah dilaksanakan sejak jaman Nabi Muhammad SAW masih Hidup, Sedangkan tatacara perayaan maulid mengalami perubahan sejak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193).

Cikal bakal Maulid
Dari Suwar bin Abdullah ia berkata: menceritakan kepada kami Marhum bin Abdul Aziz dari Abu Ni’amah dari Abu Utsman an-Nahdiy dari Abu Sa’id al-Khudriy ia berkata: Berkata Mu’awiyah Radhiyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju halaqah para sahabat beliau, kemudian beliau bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian semua duduk berkumpul?” Mereka para sahabat menjawab, “Kami duduk berkumpul tidak lain untuk berdo’a kepada Allah Ta’ala dan memuji-Nya atas karunia petunjuk agama-Nya dan menganugerahkan engkau (Wahai Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam) kepada kami.” Kemudian beliau bertanya, “Demi Allah, tidakkah kalian duduk berkumpul kecuali hanya untuk itu?” Jawab para sahabat, “Demi Allah, tiada kami duduk berkumpul kecuali hanya untuk itu.” Maka beliau pun bersabda, “Sungguh aku menyuruh kalian bersumpah bukan karena mencurigai kalian. Akan tetapi karena aku telah didatangi Jibril ‘alaihissalam. Kemudian ia memberitahukan kepadaku bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat
(Sunan an-Nasa’i).

Perubahan perayaan Maulid Nabi diduga diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.

Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.

Maulid dirayakan pada banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania, Rusia dan Kanada.

Arab Saudi adalah satu-satunya negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi. Partisipasi dalam ritual perayaan maulid Nabi diganggap sebagai bid'ah yang tidak boleh dilakukan.

Propaganda besar-besaran telah dilakukan oleh kelompok Wahabi, dengan mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi tidak pernah dilakukan dijaman Rasulullah masih hidup atau dijaman Khulafaur Rasyidin.

Dari beberapa pendapat Ulama' salaf yang kami ambil sebagai rujukan, ternyata Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilakkuan sejak jaman Rasulullah masih hidup.

Untuk lebih jelasnya silahakan anda baca catatan penelusuran saya ini.

MENEPIS TUDAUHAN WAHABI
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Maulid itu Menyerupai ajaran Yahudi dan Nasranil

seperti kutipan saya dari sebuah situs yang ditulis Oleh: Abu Abdirrahman Bin Thoyyib Lc

Benarkah Maulid Nabi menyerupai ajaran Yahudi dan Nasrani ?
Tuduhan penyerupaan merupakan tuduhan yang mengada-ada, perayaan maulid berbeda jauh dengan cara perayaan orang Nasrani maupun Yahudi. Dalam perayaan maulid tidak ada acara menyalakan lilin yang kemudian ditiup.

Bagaimana menjawab dalil mereka seperti yang sering ditulis dalam Blog dan Wab mereka ?

Dalil kaum Wahabi dalam menyerupakan Maulid dengan Ulang Tahun :
Inilah teks penyerupaan dengan orang-orang Kristen. Sesungguhnya perayaan maulid Nabi ini menyerupai orang-orang Kristen, padahal “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu
(HR. Abu Daud, Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwaul Gholil 5/109.)

Penyerupaan hanya terjadi pada nama saja, dalam pelakasanaannya jauh berbeda, pernahkah anda melihat perayaan ulang tahun orang Nasrani dengan membaca Sholawat dan Menceritakan sejarah mereka ?

Dalil tersebut diatas adalah benar, tapi penerapan dalil yang salah, inilah dampak dari seseorang yang memahami Islam ssecara dangkal.

Bagaimana jawabannya jika mereka bersikukuh tentang kemiripan itu ?

Jika perayaan maulid Nabi dipandang mirip dengan perayaan Hari ulang tahun hal itu tidak ada masalah, bahkan Rsulullah memberi contoh untuk merebut tradisi itu dari mereka, mari kita perhatikan hadits berikut :

Adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah ini kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari,

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?
Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya.
(HR Al Bukhari)

Perhatikan kata :
Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian, dalam Hadits tersebut.

Bagaimana jawabannya jika menganggap lantunan syair dalam maulid itu tidak disukai Nabi, dan tuduhan perayaan Maulid seperti nyanyian gereja ?

Rasulullah tidak pernah melarang para sahabatnya yang bersyair bahkan beliau menerima dan mengajaknya, mari kita perhatikan kisah saat menjelang perang Khandaq, pada waktu sedang menggali parit

Setelah sepakat untuk menggali parit sesuai usulan Salman al-Farisi, kaum Muslimin pun bergegas untuk melaksanakannya. Parit yang diharapkan bisa memisahkan kaum Muslimin dengan musuh ini terus dikebut pengerjaannya supaya bisa selesai sebelum musuh datang ke Madinah. Para Ulama ahli sirah berbeda pendapat tentang waktu yang dibutuhkan untuk pengga parit ini, beriksar antara enam sampai dua puluh empat hari.
(As-Siratun Nabawiyah, Ibnu Katsir, 3/180)

Para Sahabat sangat bersemangat dan antusias menggali parti karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga ikut bersama mereka dan tidak jarang mereka meminta bantuan Rasulullah untuk memecahkan batu-batu besar yang tidak sanggup mereka pecahkan. Untuk memompa semangat para Sahabat, Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam berkali-kali melantunkan syair yang kemudian di jawab oleh para Sahabat. Seorang Sahabat al-Barra bin Azib bercerita, “Pada waktu perang Ahzab atau Khandaq, aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengangkat tanah parit, sehingga debu-debu itu menutupi kulit beliau dari (pandangan) ku. Saat itu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersenandung dengan bait-bait syair yang pernah diucapkan oleh Ibnu Rawahah, sambil mengangkat tanah beliau bersenandung:

Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh.

Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.

Beliau menyenandungkan bait-bait itu sambil mengeraskan suara diakhir.

Mendengar Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melantunkan bait syair, para Sahabatpun tidak mau tertinggal. Mereka mengatakan:

Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah dengan doa:
Ya, Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat maka berikanlah berkah kepada kaum Anshar dan Muhajirin

(AsSiratun Nabawiyah fi Dhau'il Mashadiril Ashliyyah, hlm. 445)

Bagaimana jawabannya jika mereka mengatakan pujian dalam Maulid adalah berlebihan ?
Dalil kaum Wahabi dalam menuduh maulid sebagai pujian yang berlebihan kepada Nabi Muhammad saw, seperti yang ditulis dalam situs ini

Larangan Memuji Berlebihan
Dari Abu Bakrah radhiallahu anhu dia berkata: Ada seseorang yang memuji temannya di sisi Nabi shallallahu alaihi wasallam maka beliau bersabda:

وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ، قطعت عنق صاحبك – مرارا-. إِذا كانِ أَحَدُكُمْ مادِحاً صَاحِبَهُ لاَ مَحالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ فُلاناً وَاللهُ حَسِيْبُهُ وَلا أُزَكِّي عَلَى اللهِ أَحَداً

Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu, kamu telah memenggal leher temanmu -berulang-ulang-. Kalaupun salah seorang di antara kalian harus memuji temannya maka hendaknya dia mengatakan: Aku mengira dia seperti itu dan Allahlah yang menghisabnya, aku tidak memuji siapapun di hadapan Allah.
(HR. Muslim no. 3000)

Maksud kalimat ‘kamu telah memenggal leher temanmu’ adalah kiasan dari mencelakakan.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang memuji temannya dan berlebihan dalam memujinya maka beliau bersabda:

لَقَدْ أَهْلَكْتُمْ – أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ – الرَّجُلِ

Sungguh kamu telah mencelakakan -atau mematahkan punggung- lelaki itu.
(HR. Muslim no. 3001)

Kalimat ‘mematahkan punggung’ adalah kiasan dari mencelakakan.
Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiallahu anhu dia berkata:

أَمَرَنَا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَحْثُوَ فِي وُجُوْهِ الْمَدَّاحِيْنَ التُّرَابَ

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke wajah-wajah orang yang berlebihan dalam memuji.
(HR. Muslim no. 3002)

Memuji Rasulullah dengan Syair pernah dilakukan oleh para sahabat dihadapanNabi dan beliau menerima juga tidak melarangnya :

طلع البدر علينا # من ثنيات الوداع

وجب الشكر علينا # ما دعا لله داع

أيها المبعوث فينا # جئت بالأمر المطاع

Maka tuduhan kaum Wahabi tentang pujian berlebihan dalam Maulid itu tidak benar.

PENDAPAT PARA TOKOH TENTANG MAULID

TOKOH WAHABI YANG MELARANG MAULID
Utsaimin
Abdillah Muhammad Bin Shalih Bin Muhammad Bin Utsaimin Al-Wahib At-Tamimi. Dilahirkan di kota Unaizah tanggal 27 Ramadhan 1347 Hijriyah.

Beliau belajar kepada Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz -sebagai syaikh utama kedua bagi beliau- kitab Shahih Bukhari dan sebagian risalah-risalah Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah serta beberapa kitab-kitab fiqh.

Beliau berkata, “Aku terkesan terhadap syaikh Abdul Aziz Bin Baz Hafidhahullah karena perhatian beliau terhadap hadits dansaya juga terkesan dengan akhlak beliau karena sikap terbuka beliau dengan manusia.”

Beliau meninggal pada hari Rabu 15 Syawal 1421 Hijriyah bertepatan dengan 10 Januari 2001 dalam usia 74.

Di antara alasan al-‘Utsaimin melarang Maulid Nabi SAW adalah pernyataannya sebagai berikut ini:
1. Malam kelahiran Rasulullah SAW tidak diketahui secara qath’i (pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan bahwasannya ia terjadi pada malam ke 9 (sembilan) Rabi’ul Awwal dan bukan malam ke 12 (dua belas). Jika demikian maka peringatan maulid Nabi Muhammad r yang biasa diperingati pada malam ke 12 (dua belas) Rabi’ul Awwal tidak ada dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya.”

2. Di lihat dari sisi syar’i, maka peringatan maulid Nabi SAW juga tidak ada dasarnya. Jika sekiranya acara peringatan maulid Nabi SAW disyari’atkan dalam agama kita, maka pastilah acara maulid ini telah di adakan oleh Nabi SAW atau sudah barang tentu telah beliau anjurkan kepada ummatnya.”

3. Dan jika sekiranya telah beliau laksanakan atau telah beliau anjurkan kepada ummatnya, niscaya ajarannya tetap terpelihara hingga hari ini, karena Allah ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. Q.S; Al Hijr : 9 .

Dikarenakan acara peringatan maulid Nabi SAW tidak terbukti ajarannya hingga sekarang ini, maka jelaslah bahwa ia bukan termasuk dari ajaran agama.”

4. Hal ini (perayaan maulid Nabi SAW) jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak Allah, karena kita telah membuat syari’at baru pada agama-Nya yang tidak ada perintah dari-Nya. Dan ini pun termasuk bentuk pendustaan terhadap firman Allah ta’ala :

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha’i islam itu jadi agama bagimu”. Q.S; Al-Maidah : 3.”

TOKOH WAHABI YANG MENGANJURKAN MAULID
Ibnu Taymiyah Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani.

Ibnu Taimiyah
yang biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.

Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.

Pendapat Ibnu Taymiyah Tentang Maulid Nabi
Ibnu Taymiyah berkata :

فتعظيم المولد واتخاذه موسمًا قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه واله وسلم

Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW.
[Kitab Iqtidha' Shirathil Mustaqim : 297].

Ibnu Taymiyah juga berkata :

فتعظيم المولد واتخاذه موسماً قد يفعله بعض الناس ويكون لهم فيه أجر عظيم لحسن قصدهم وتعظيمهم لرسول الله صلى الله عليه وسلم

Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW.
[Kitab Majmu' Fatawa 23: 134].

Ibnu Katsir
Ismail bin Katsir (gelar lengkapnya Ismail bin 'Amr Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafizh Al-Muhaddits Asy-Syafi'i), Beliau adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir.

Beliau lahir pada tahun 1301 di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 di Damaskus, Suriah.

Tercatat guru pertama Ibnu Katsir adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafi'i. Ia juga berguru kepada Ibnu Taymiyyah di Damaskus, Syuriah, dan kepada Ibnu al-Qayyim. Ia mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Ia pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hejaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani.

Tahun 1366, oleh Gubernur Mankali Bugha Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar di Masjid Ummayah Damaskus.

Ulama ini meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di samping makam gurunya, Ibnu Taimiyah.
dan ibnu taimiyah guru besar muhammad bin abdul wahhab cinta Maulidurrosulullah Saw.

Ibnu taimiyah gurunya muhammad bin abdil wahhab yg banyak bertentangan dgn madzhab 4, tetapi dalam mualidan ibnu taimiyah sangat mendukung, tapi aneh sekarang pengikutnya anti maulidan.
Iqtidoussirotolmustaqim halaman 297....

ويقول ابن تيمية في كتابه اقتضاء الصراط المستقيم ص/297
: فتعظيم المولد واتخاذه موسما قد يفعله بعض الناس ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وآله وسلم

Silahkan baca terjemahkan sendiri wahhabi..

Tambahan.
Ibnu taimiyah berkata ;
Mengagungkan perayaan maulid dan menjadikanya scara berkala sbagaimana yg dilakukan sbagian org maka terdapat di dlmnya pahala besar krn baik maksud dan pengagungannya kpn arrosul"
(Assirotu alhalabiyah(1/83-84)


Pendapat Ibnu Katsir Tentang Maulid Nabi
Ibnu Katsir memuji Raja Mudhaffar Abu Sa’id Al-Kukburi sebagai berikut :

وكان يعمل المولد الشريف في ربيع الأول ويحتفل به احتفالا هائلا

وكان مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم مثواه

Dan dia Raja Mudhaffar menyelenggarakan Maulid yang mulia di bulan Rabi’ul awwal secara besar-besaran. Ia juga seorang raja yang cerdas, pemberani kesatria, pandai, dan adil, semoga Allah mengasihinya dan menempatkannya ditempat yang paling baik.
[Kitab Bidayah wan-Nihayah 13 :136]

Ibnu Katsir juga berkata :

إن أول من أرضعته صلى الله عليه وسلم هي ثويبة مولاة أبي لهب وكان قد أعتقها حين بشرته بولادة النبي صلى الله عليه وسلم. ولهذا لما رآه أخوه العباس بعد موته في المنام بعدما رآه بشر خيبة، سأله: ما لقيت؟ قال: لم ألق بعدكم خيراً غير أني سقيت في هذه بعتاقتي لثويبة (وأشار إلى النقرة التي بين الإبهام والتي تليها من الأصابع).

Sesungguhnya orang pertama kali menyusui Nabi SAW adalah Tsuwaybah yaitu budak perempuan Abu Lahab, dan ia telah dimerdekakan dan dibebaskan oleh Abu Lahab ketika Abu Lahab gembira dengan kelahiran Nabi SAW, karena demikian setelah meninggal Abu Lahab, salah seorang saudaranya yaitu Abbas melihatnya dalam mimpi, salah seorang familinya bermimpi melihat ia dalam keadaan yang sangat buruk,

dan Abbas bertanya : “Apa yang engkau dapatkan ?”

Abu Lahab menjawab : “Sejak aku tinggalkan kalian [mati], aku tidak pernah mendapat kebaikan sama sekali, selain aku diberi minuman di sini [Abu Lahab menunjukkan ruang antara ibu jarinya dan jari yang lain] karena aku memerdekaan Tsuwaybah”.
[Kitab Bidayah wan-Nihayah 2 : 272-273, kitab Sirah Al-Nabawiyah 1 :124, kitab Maulid Ibnu Katsir 21].

Ibnu Katsir mengagungkan malam Maulid Nabi, berikut kata beliau :

إن ليلة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كانت ليلة شريفة عظيمة مباركة سعيدة على المؤمنين، طاهرة، ظاهرة الأنوار جليلة المقدار

Sungguh malam kelahiran Nabi SAW adalah malam yang sangat mulia dan banyak berkah dan kebahagiaan bagi orang mukmin dan malam yang suci, dan malam yang terang cahaya, dan malam yang sangat agung.
[Kitab Maulid iIbnu Katsir 19],

sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Ad-Durar Al-Kaminah mengatakan bahwa kitab tersebut adalah kitab Ibnu Katsir yang membolehkan Maulid Nabi dan di dalam nya membahas tentang perayaan peringatan Maulid Nabi.

Al-Dzahabi
Syamsuddin adz-Dzahabi yang dikenal sebagai seoarang sejarawan dan penulis biografi para ulama. Ia lebih dikenal dengan nama adz-Dzahabi, lahir di Damaskus pada tahun273 H / 1274 M. Hasrat intelektual adz-Dzahabi begitu tinggi sehingga menjadikandirinya menguasai pelbagai disiplin ilmu pengetahuan keislamanan

Al-Imam adz-Dzahabi wafat pada malam Senin, 3 Dzulqa’dah 748 H, diDamaskus, Syiria dan dimakamkan di pekuburan Bab ash-Shaghir

Pendapat Imam Al-Dzahabi Tentang Maulid Nabi
Az-Zahabi juga memuji Abu Said Al-Kukburi :

وكان متواضعًا ، خيِّرًا سنّيًا ، يحبّ الفقهاء والمحدّثين

Dan adalah ia [Raja Mudhaffar] itu yang rendah diri, dan baik dan juga Sunni [Ahlus Sunnah Waljama'ah] dan ia mencintai Fuqaha’ [Ulama Fiqih] dan Muhadditsin [Ulama Hadits]“.
( Siyar A'lam An-Nubala' 22 : 336)

Ibnu Hajar al-Haitami
Nama lengkap beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Hajar al Haitami, Lahir di Mesir tahun 909 H. dan wafat di Mekkah tahun 974 H. Pada waktu kecil beliau diasuh oleh dua orang Syeikh, yaitu Syeikh.Syihabuddin Abul Hamail dan Syeikh Syamsuddin as Syanawi. Pada usia 14 tahun beliau dipindahkan belajar masuk Jami’ Al Azhar. Pada Unirnersitas Al Azhar beliau belajar kepada Syeikhul Islam Zakariya al Anshari dan lain-lain.

WAFAT
Setelah beliau menebarkan ilmunya di Makkah al-Mukarramah, dihadiri oleh ribuan murid-murid yang setia kepada beliau, umur yang berkat telah di habiskan untuk mengajar umat tentang agama mereka sehingga beliau lanjut usia, sakit pun mendatangi beliau sehingga beliau terpaksa meninggalkan kursi pengajian.

Pada tanggal 23 rajab tahun 974 hijriyah beliau wafata, Jenazah beliau diusung ke Masjid al-Haram, dan di shalatkan di bawah pintu ka`bah, kemudian dimakamkan di al-Ma`la.

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW : Siapa yang hendak membesarkan maulid Nabi saw. maka cukuplah disebutkan sekedar

ini saja akan kelebihannya. Bagi siapa yang tidak ada di hatinya hasrat untuk membesarkan maulid Nabi saw. sekiranya dipenuhi dunia ini dengan pujian ke atasnya, tetap juga hatinya tidak akan tergerak untuk mencintai Nabi saw. Semoga Allah menjadikan kami dan kalian di kalangan orang yang membesarkan dan memuliakannya dan mengetahui kadar kedudukan Baginda saw. serta menjadi orang yang teristimewa di kalangan orang-orang yang teristimewa di dalam mencintai dan mengikutinya. Aamiin, wahai Tuhan sekalian alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas penghulu kami Nabi Muhammad saw. keluarganya dan sahabat-sahabatnya sekalian hingga Hari Kemudian.”

As-Sarir As-Saqothy
As- Sarri As-Saqathi nama lengkapnya adalah Abul Hasan Sari bin al-Mughallis as-Saqathi adalah murid Ma’ruf al-Karkhi dan paman Junaid al-Baghdadi. Beliau adalah seorang tokoh sufi yang terkemuka di Baghdad dan pernah mendapat tantangan dari Ahmad bin Hambali. Mula-mula ia mencari nafkah dengan berdagang barang-barang bekas dan beliau meninggal pada tahun 253 H / 867 M

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW : Siapa yang pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah pergi ke satu taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan lantaran kerana cintanya kepada Nabi saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesiapa yang mecintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Fakhruddin ar-Rozi
Seorang ahli tafsir, beliau bernama Muhammad bin 'Amru bin Husain bin Hasan bin 'Ali abu 'Abdullah fakhruddin arrazy Alquraisyi alkubra Attaimy, masih keturunan Abu bakar assiddiq radhiallahu anhu.

Nama julukan beliau diantaranya Abu 'abdullah, abu fadhli, abul ma'ali dan paling terkenal adalah Al-fahkri arraziy atau Fakhruddin ar-Razi.

Beliau dilahirkan dikota Array pada tahun 544 hijriyah dan diwafatkan dihari raya idul fitri bertepatan dengan tahun 606 H. dikota Hirah.

Ada perbedaan tentang kelahiran beliau seperti yang dikemukan oleh doktor Muhammad bin Muhammad abu syahibah yang ditulis dalam kitabnya israilyyat wal mauhdu'at, bahwa beliau dilahirkan di iraq, dikota Array pada tahun 543 hijriyah.

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW. : Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan zahir keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka makanan tersebut akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah mengampunkan orang yang memakannya”.

Sekirannya dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki, penyakit dan tidak mati hati tersebut pada hari dimatikan hati-hati”.

Siapa yang membaca maulid Nabi saw.
pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkatan, pemiliknya tidak akan fakir dan tidak akan kosong tangannya dengan keberkatan Nabi saw.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Imam as-Syafii
Abū Abdullah Muhammad bin Idrīs al-Shafi'ī atau yang akrab dipanggil Imam Syafi'i
(Gaza, Palestina, 150 H / 767 - Fusthat, Mesir 204H / 819M)

Adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.

Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana.

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW. : Telah berkata Imam Asy-Syafi’i:
Siapa yang menghimpunkan saudaranya (sesama Islam) untuk mengadakan majlis maulid Nabi saw., menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan, dan dia menjadi sebab dibaca maulid Nabi saw. itu, maka dia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat bersama ahli siddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan solihin serta berada di dalam syurga-syurga Na’im.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Junaid al-Baghdady
Syaikh Abul Qasim Al-Junayd ibnu Muhammad al-Zujaj (Junayd al-Baghdadi) adalah putera dari seorang pedagang barang pecah belah dari Nahawand dan keponakan Sarri as-Saqathi, Ia juga dekat dengan Al-Muhasibi.

Beliau lahir dan besar di Irak. Abul Qasim Al-Junayd merupakan tokoh paling terkemuka dari mazhab Tasawuf, bahkan kelak beliau mendapat gelar sebagai Sayyidush Shufiyah (Pangeran Kaum Sufi).
Al-Junayd wafat di Baghdad pada hari Sabtu tahun 297H / 910M.

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW. : Telah berkata Junaid Al-Baghdadi semoga Allah mensucikan rahasianya:
Siapa yang menghadiri majlis maulid Nabi saw. dan membesarkan kedudukannya, maka sesungguhnya ia telah mencapai kekuatan iman”.* (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Ma’ruf al-Karkhy
Nama lengkapnya Abu Mahfudz Ma’ruf bin Firus Al-Karkhi. Meski lama menetap di Baghdad, Irak, ia sesungguhnya berasal dari Persia, Iran. Hidup di zaman kejayaan Khalifah Harun Al-Rasyid dinasti Abbasiyah.

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW. : Telah berkata Ma’ruf Al-Karkhi:
Siapa yang menyediakan makanan untuk majlis membaca maulid Nabi saw. mengumpulkan saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang bau yang wangi dan memakai wangi-wangian karena membesarkan kelahiran Nabi saw, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama kumpulan yang pertama di kalangan nabi-nabi dan dia berada di syurga yang teratas (Illiyyin)
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Hasan al-Bashri
Hasan Al Bashri (Madinah, 642 - 10 Oktober 728) adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah.
Hasan Al-Bashri berguru pada para sahabat Nabi, antara lain Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah and Abdullah bin Umar.

Nama lengkap Hasan Al-Bishri ialah Abu Said Al-Hasan bin Abi Al-Hasan bin Yasar Al Bishri adalah Maula Al-Anshari. Ibunya bernama Khairah, budak Ummu Salamah yang di merdekakan, dikatakan Ibnu Sa’ad dalam kitab tabaqat Hasan adalah seorang alim yang luas dan tinggi ilmunya, terpercaya, seorang hamba yang ahli ibadah lagi pula fasih bicaranya .

Beliau salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran dihadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolak bandingnya dalam soal ibadah . Beliau menerima hadits dari Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, Al Bajali, Muawwiyah, Anas, Jabir dan meriwayatkan hadits dari beberapa sahabat diantaranya ‘Ubay bin Ka’ab, Saad bin Ubadah, Umar bin Khattab walaupun tidak bertemu dengan mereka atau tidak mendengar langsung dari mereka. Beliau adalah ulama ternama di Basrah, Imam Al Bagir ra. Mengatakan,’’ Jika di sebutkan tentang ketokohan Al Hasan artinya yang dimaksud ucapan Al Hasan menyerupai ucapan para Nabi,

Beliau wafat tahun 110 H. dalam usia 88 tahun dan kemudian hadits-hditsnya diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib, Hisyam bin Hasan dan lain-lain.

Pendapat beliau tentang Maulid NAbi Muhammad SAW. : Telah berkata Hasan Al-Bashri:
Aku suka seandainya aku mempunyai emas setinggi gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk membaca maulid Nabi saw.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karomallahu wajhah,
lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661, adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni, Beliau adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Beliau juga sepupu dari Nabi Muhammad, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Nabi Muhammad saw.

Pendapatnya tentang Maulid NAbi :
Telah berkata ‘Ali : “Siapa yang membesarkan majlis maulid Nabi saw. dan karenanya diadakan majlis membaca maulid, maka dia tidak akan keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan masuk ke dalam syurga tanpa hisab”.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Sayyidina Utsman bin ‘Affan Dzun-Nuraini
Utsman bin Affan 574 – 656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 81–82 tahun, Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Beliau juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an.
Beliau adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu.

Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Pendapatnya tentang Maulid NAbi :
Telah berkata Sayyidina Utsman: “Siapa yang menafkahkan satu dirham untuk majlis membaca maulid Nabi saw. maka seolah-olah ia menyaksikan peperangan Badar dan Hunain.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Sayyidina Umar bin Khottob al-Furqon
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Pendapatnya tentang Maulid NAbi :
Telah berkata Sayyidina ‘Umar: “Siapa yang membesarkan (memuliakan) majlis maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H, termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah,

Beliau adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.

Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

Pendapatnya tentang Maulid NAbi :
Telah berkata Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq: “Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi menggalakkan bacaan Maulid Nabi saw., maka ia akan menjadi temanku di dalam syurga.
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

SEJARAH PERAYAAN MAULIDURROSULULLAH SAW PADA PERIODE AWAL

Perayaan Maulidurrasulullah SAW yang paling awal dan dilakukan secara Beramai-ramai bisa ditemukan dalam Kitab Rihal, karangan Ibnu Jubayr (540-614), didalam bab Perjalanan (ms.114-115) merupakan sumber yang terawal yang menceritakan mengenai sambutan Maulidurrasul SAW secara beramai-ramai didalam suatu kelompok masyarakat.

Tempat yang diberkati ini (rumah kelahiran Nabi SAW ) dibuka dan setiap lelaki dibenarkan untuk memasukinya untuk mendapat barakah daripadanya (mutabarrikin bihi) pada setiap hari Isnin didalam bulan Rabi'al al-Awwal kerana pada hari dan bulan terssebut, Nabi telah dilahirkan."

Rumah Kelahiran Nabi
Ahli sejarah abad ke-7 hijrah, Abul 'Abbas al-'Azafi dan anaknya Abul Qasim al-'Azafi telah menulis didalam kitab, ad-Durr al-Munazzam (tidak pernah diterbitkan),

"Mereka yang menunaikan 'ibadah haji dan mereka yang sedang melakukan pengembaraan menyaksikan bahawa tiada jual-beli ataupun sebarang perbuatan lain dilakukan pada hari Maulidurrasul di Makkah, melainkan mereka berbondong-bondong memenuhi tempat kelahiran Nabi yang diberkahi.Pada hari itu juga, Ka'bah dibuka dan orang ramai dibenarkan untuk menziarahinya."

Sejarah perayaan Maulidurrasulullah SAW
Makkah, merupakan Ibu kepada semua Kota (semoga Allah merahmati dan memuliakannya), merupakan penghulu bagi lain-lain kota diseluruh negara Islam didalam meraikan Maulidurrasul. Al-Azraqi, seorang ahli sejarah Makkah pada abad ke 3 - hijrah, telah menulis didalam kitabnya, Akhbar Makkah (Jilid 2,ms160) tempat-tempat yang digalakkan (mustahabb) untuk menunaikan solat di Makkah antaranya ialah rumah tempat Nabi SAW dilahirkan
(Maulid al-Nabi).

Menurut beliau, rumah tersebut telah dijadikan masjid oleh ibu kepada Khalifah Musa al-Hadi dan Harun ar-Rashid.

Al-Naqqash, seorang 'ulama didalam bidang al-Quran mengatakan bahawa tempat kelahiran Nabi merupakan tempat dimana do'a diterima pada waktu tengahari setiap hari Isnin.
(Pendapat beliau ini tercatat didalam kitab al-Fasi, Shifa' al-gharam (Jilid 1, ms 199) dan juga kitab-kitab lain2.